Di Sisi Lain Dunia yang Berbeda







Udara sore yang hangat menyerat langkah kaki saya untuk segera mengendarai sepeda motor pinjaman yang baru datang. Lekas saya nyalakan dan menuju ke pantai yang sebenarnya hanya berjarak 8 menit saja dari tempat tinggal saya. Namun karena takut kemalaman dan kehilangan momen saya memutuskan mengendarai motor saja alih-alih berjalan kaki. 


Tiba di pantai pengunjung membludak karena kebanyakan baru turun dari kapal yang membawa mereka pulang dari Nusa Penida. Pulau yang tersohor namun saya belum tertarik mengunjunginya.


Nampak dari jauh sebuah kapal bersandar. Penumpangnya turun satu persatu dari geladak. Sebagian berwajah senang tak jarang pula berwajah muram. Mungkin mereka lelah selama perjalanan yang membawa mereka pulang dan kembali ke titik awal mereka mulai yaitu pelabuhan.


Pelabuhan kecil ini seperti sebuah batas dan pengharapan bagi saya. Mula-mula kita akan menaiki kapal yang menjadi batas kita antara darat dan laut. Lalu berlanjut menuju sebuah tempat lain yang berbeda dari tempat kita berasal. Tak jarang tempat lain tersebut membawa kita ke harapan-harapan baru seperti pantai yang indah, pasir yang putih, bukit yang kehijauan dan harapan lain yang berada di alam imaji. 


Tak cukup batas dan pengharapan saja namun pelabuhan juga “menyuruh” kita untuk memutuskan apa yang akan kita bawa pergi dan apa yang kita tinggalkan dengan cara perpisahan. Sebuah hal yang kerap terasa akhir-akhir ini. 


Entah saat itu ia siap atau tidak nyatanya perpisahan akan selalu datang. Satu persatu pertemuan akan menemui babak akhir dan sisi lain dunia yang berbeda akan ditemuinya. 





Comments

Post a Comment

back to top