Saat berbelok di salah satu gang di Desa Pundong, Bantul, Mbak Yuli menghentikan motornya dan mulai menelepon seseorang.
“Ini benar polsek...?”
Saya dan Gista reflek saling menoleh.
“Kita mau cari makan bukan cari masalah kan ini Gis, kenapa Mbak Yuli menelepon polsek?”
Ternyata temannya yang bekerja di salah satu Polsek di Bantul lah yang merekomendasikan Miedes Bu Yanti ini dan Mbak Yuli hendak mencari lokasi tepatnya karena agak lupa. Telepon akhirnya diangkat oleh temannya dan yang terdengar adalah diskusi ancer-ancer lokasi Miedes.
Setelah Mbak Yuli menutup telepon kami menyalakan motor dan saya sudah siap membuntuti Mbak Yuli dari belakang. Benar-benar warga Bantul nyel karena hafal betul lokasi dari masing-masing tempat yang akan kami kunjungi salah satunya Miedes Bu Yanti ini.
Miedes Bu Yanti ternyata sudah ada sejak tahun 1982 dan menjadi salah satu Miedes legendaris di wilayah Bantul. Beruntung sekali kami berkunjung ke Miedes saat kedai makananan ini akhirnya buka saat siang.
“Baru dua minggu ini mbak kami buka siang hari mulai pukul 10.00 sebelumnya ya malam saja,” ujar Bu Yanti sambil mempersilahkan kami masuk ke dalam kedai makan yang lebih tepatnya masuk ke dalam rumah beliau. Awalnya kami kaget tempat makannya kok masuk ke dalam rumah ternyata saat masuk ke dalam bisa tembus hingga bagian samping rumah yang memang diperuntukkan untuk pengunjung.
“Sebenarnya ya malam saja mbak, tapi banyak yang meminta untuk dibuka saat siang karena kalau malam kan gelap jalannya, pembeli wanita banyak yang takut dan meminta untuk dibuka saat siang, ya sudah akhirnya dibuka.”
Mendengar hal tersebut saya langsung membayangkan saat malam hari melewati jalanan yang saya lewati tadi, kanan kiri sawah dan seingat saya tidak ada tiang lampu, apalagi saya ingat cerita teman saya sendiri yang pernah melewati jalanan yang saya lewati tadi dan memang benar, jalanannya gelap :( Jadi kalau akan pergi ke sini sebaiknya pertimbangkan waktu kedatangan.
“Mau pesan apa mbak?”
Kami pun dengan cepat memutuskan untuk memesan dua porsi Miedes kuah dan seporsi Miedes goreng.
Saat di lokasi kami lah pengunjung satu-satunya dan mumpung sedang sepi dan inilah pengalaman pertama mencicipi mie yang terbuat dari bahan dasar singkong ini maka saya izin untuk melihat langsung proses memasak Miedes. Bu Yanti tidak keberatan sama sekali dengan keinginan saya dan langsung mempersilahkan masuk ke dalam dapur.
Penataan dapur berukuran 2 m x 3 m ini sederhana. Sebuah meja panjang diletakkan di sisi kanan berdekatan dengan jendela. Di atas meja ini terdapat timbangan dan potongan sayur yang saya perkirakan akan digunakan dalam Miedes.
Di sebelah meja, kompor gas diletakkan di tempat yang agak tinggi yang terbuat dari semen. Dari sini Bu Yanti dapat memasak Miedes sambil duduk.
Bu Yanti sedang memasak Miedes |
Proses memasak Miedes yang berkuah dimulai dengan menimbang mie yang sudah ditentukan beratnya oleh Bu Yanti. Selanjutnya Bu Yanti memanaskan minyak goreng. Setelah panas dimasukkanlah beberapa ekor udang dan telur. Campuran antara telur dan udang ini kemudian diorak-arik. Setelah dirasa sudah wangi, air pun dimasukkan yang nantinya akan digunakan sebagai kuah lalu selanjutnya Bu Yanti memasukkan tomat sebagai salah satu sayuran yang ada di Miedes. Terakhir, Bu Yanti memasukkan mie ke dalam wajan yang wanginya sudah memenuhi dapur. Saya meninggalkan sebentar ruangan dapur karena hidung saya yang terasa gatal dan ingin bersin. Setelah puas bersin saya pun kembali ke dalam dapur untuk melanjutkan melihat proses pembuatan Miedes.
Proses pertama: menimbang mie |
Proses selanjutnya: memasak udang, telur orak-arik, dan tomat |
Penentuan kematangan pastinya sudah tidak menjadi hal baru bagi Bu Yanti. Ketika sudah dirasa kematangannya sudah pas, beliau mengambil Miedes dari wajan yang panas dan meletakkannya di atas piring. Tahap terakhir dari pembuatan Miedes ini adalah menaburi dengan irisan daun seledri, bawang goreng, dan kubis. Sampai di sini lah proses memasak Miedes.
Miedes goreng |
Selanjutnya Bu Yanti mempersilahkan saya membawa sendiri Miedes yang telah saya pesan untuk dimakan. Asik juga ya, berasa memasak bersama keluarga sendiri, bedanya di sini saya hanya melihat tanpa ikut campur tangan membantu memasak, takut salah takaran atau pakem yang telah ditetapkan oleh Bu Yanti sendiri lah, jadi ya saya membantu Bu Yanti mengabadikan proses memasak beliau saja.
Satu hal yang unik saat makan Miedes Bu Yanti ini adalah sambal yang bentuknya berupa cabe yang dikeringkan, mirip b*ncabe ehehe. Saat saya mencicipi Miedes ini, campuran rasa gurih dan tekstur mie yang kenyal (kata teman saya seperti makan seblak) serta pedas dan asin yang begitu pas. Jujur saja ini adalah salah satu mie yang terunik bagi saya. tekstur mienya sendiri yang membuatnya berbeda dari yang lain. Malah menurut saya mirip cendol karena kekenyalannya haha!
sambal kering |
Miedes goreng |
Miedes kuah |
“Approved banget lah ini ma,” kata Gista yang sudah memakan Miedes sementara saya masih sibuk dengan pengambilan dokumentasi Miedes ini sendiri.
Catatan:
Harganya seingat saya Rp 12.000 seporsi dengan air minum.
Untuk menghindari antre panjang saya merekomendasikan berkunjung saat siang hari. Selain bisa makan kalian bisa melihat langsung proses memasak Miedes ini loh!
Miedes Bu Yanti dapat ditemui di sini:
Idolaku ini miedes wkwkw.
ReplyDeleteCuma kurang porsinya aja
inspiratible
ReplyDeletejauhnya mau makan Miedes ke Pundong, untung aja mbak Dwi kasih dan aku mau masak sesuai resepnya lumayan mengobati kerinduan
ReplyDeleteGreat poost
ReplyDelete