“Jangan lupa Lunpia Semarang ya!” adalah kata-kata yang sering sekali saya dengar ketika berkunjung di kota berjuluk Port of Java ini.
Lunpia atau Lumpia adalah salah satu kudapan di Indonesia yang terbuat dari racikan rebung muda dengan udang dan daging lalu digulung dengan kulit, terbuat dari gandum, dan digoreng. Sedap sekali rasanya apabila ditambahkan daun brambang dan saus sambal.
...
Siang itu seperti siang-siang sebelumnya di Semarang, matahari yang tepat berada di atas kepala mampu membuat rambut saya kepanasan. Yahh mirip-mirip Surabaya kalau begini rasanya.
Saya dan beberapa teman berjalan kaki dari parkiran mobil di dekat Gang Lombok Semarang menuju salah satu kedai makanan legendaris yang sudah ada sejak ratusan tahun lalu.
Kalau saya orang awam yang tidak menahu tentang keberadaan kedai ini mungkin saya menganggap biasa saja ketika melewatinya karena dari luar tampak tidak ada yang istimewa. Kursi berjajar di bawah meja, besek yang ditata di atas etalase, dan sepeda motor yang diparkir di depan kedai. Mungkin hanya kerumuman orang-oranglah yang akan menjadi penarik perhatian saya.
Oh ya ngomong-ngomong di dalam kedai ini petugasnya sangat sibuk. Ada yang mengiris daun bawang, menggoreng di wajan, mengisi kulit lunpia lalu menggulungnya, dan satu lagi yaitu petugas yang mencatat setiap pesanan dan memastikan semuanya benar-benar sesuai dengan pesanan pelanggan. Semua terlihat sibuk dan tidak ada jeda istirahat, saya yang datang pukul 11 siang harus menunggu pesanan Lunpia satu jam lebih. Benar-benar Lunpia istimewa.
Makanan yang berasal dari Tiongkok ini mulanya dibawa oleh Tjoa Thay Joe yang berasal dari Fujian Tiongkok yang akhirnya memutuskan menetap di Semarang. Saat ia membuka usaha Lunpia yang berisi daging babi dan rebung ternyata ada seorang wanita yang menjual makanan serupa, namaya Wasih. Bedanya Wasih menjual dengan rasa yang manis yang berisi kentang dan udang.
Tidak ada permusuhan dan pertikaian antara mereka ketika sama-sama menjual Lunpia di Semarang. Seiring berjalannya waktu malahan timbullah benih cinta di antara keduanya. Akhirnya mereka memutuskan untuk menikah dan membangun usaha Lunpia bersama.
Saat keduanya menikah dan melahirkan keturunan di sinilah dimulai generasi Lunpia Semarang. Generasi ke-2 Lunpia Semarang diwariskan kepada putranya yaitu Siem Gwan Sing yang menikah dengan Tjoa Po Nio. Keduanya melahirkan empat orang anak yang tiga di antaranya memutuskan untuk melanjutkan usaha Lunpia.
Ketiga anak mereka membuka usaha Lunpia di beberapa wilayah di Semarang. Siem Swie Hie membuka Lunpia Pemuda, Siem Swie Kiem meneruskan di Gang Lombok nomor 11 dan Siem Hwa Noi membuka cabang di Mataram.
Saya memesan dua Lunpia, basah dan kering, agar dapat merasakan sendiri dua menu yang ada di Lunpia Gang Lombok ini. Perbedaan mendasar antara keduanya ialah warna kulit. Kalau pesan Lunpia Goreng maka warnanya cokelat dan apabila pesan basah maka warnanya putih pucat.
Saat akhirnya pesanan Lunpia saya datang, harum aroma Lunpia masuk ke indera penciuman. Wangi rebung dan udang seolah berlomba memenuhi hidung.
Tanpa ba-bi-bu saya langsung mengambil garpu dan mengambil potongan kecil Lunpia. Lunpia Gang Lombok ini berisi campuran rebung dan udang yang pas, tidak sedikit dan tidak pula terlalu banyak.
Ketika menggigitnya, indera kecap saya langsung menangkap rasa manis. Setelah dikunyah campuran asin dan manis bercampur jadi satu. Apalagi ketika saya menambahkan saus sambal, maknyes!
Ada satu lagi teknik memakan Lunpia, yaitu membungkusnya dengan selada. Saya yang diberitahu teman saya langsung saja mempraktekkannya. Rasa segar selada bercampur dengan lezatnya Lunpia, duh pokoknya benar-benar kudapan istimewa!
Lunpia dan saos
Lunpia di dalam besek |
Lunpia Basah |
Sepeda di depan kedai |
Oh, kalo di Semarang, Lunpianya gede-gede gitu ya. Pantes sih harganya 15rb.
ReplyDeleteKalo yg dijual di pinggir-pinggir jalan biasane cilik cilik. Hahahaha
Aku penasaran sama yg basah sih.
terlihat nikmat dan menggoda, nikmat jika disantap dikala panas, dengan sambal :)
ReplyDeletewah parah ini mah. bikin laper.
ReplyDeleteaduh lirikan si engkoh jadi bikin nggak kuat yaaaa
ReplyDeleteakuh ngiler pengen lumpia jadinya ima hahahaha.
ReplyDeleteKudu langsung beli kesana ah :D