Tiga Resep Rahasia di Pulau Semau




Pulau Semau adalah pulau kecil di sebelah barat Kota Kupang. Saat tiba di Pulau ini saya disambut dengan beningnya warna air laut dan batu-batu karang berwarna hitam yang menghadap langsung dengan pelabuhan.

Satu persatu kendaraan roda dua segera diturunkan secara manual oleh para awak perahu. Satu motor diangkat oleh sekitar 3 orang. Caranya yang masih tradisional menjadi pemandangan baru bagi saya yang tidak pernah berpikir sebuah motor dapat diangkat oleh manusia. Saya pikir hal tersebut hanya ada di film superhero seperti hulk,superman, dan lain – lain. Mungkin kalau ada Pak Mario Teguh disini beliau akan berkata,”Super sekali orang – orang ini...”

Akhirnya setelah semua motor diturunkan akhirnya perjalanan mengelilingi Pulau Semau pun dimulai. Deru suara motor beradu dengan jalanan yang sebagian besar masih berupa tanah dan bebatuan. Jalanan di pulau ini sedikit yang diaspal alhasil debu jalanan menjadi teman seperjalanan rombongan saya saat di sini.

Tiba – tiba saya berpapasan dengan sebuah mobil. Langsung saja saya bertanya kepada Pak Erick, salah seorang pegawai dari Asita NTT yang membonceng saya,” Pak itu ada pegawai dishub disini ya, naik apa ya pak mobilnya?” Saya bertanya keheranan karena berpikir tidak mungkin menaiki perahu seperti yang saya naiki tadi.

“ Iya itu mobilnya saja yang dishub tapi di pulau ini mobilnya jadi angkutan umum penduduk yang mau ke pelabuhan.”

“Iya pak? Saya kira itu petugasnya lagi keliling pulau ”



Pak Erick lalu mengiyakan dan ketika mobil dari dishub tersebut berpapasan dengan saya di dalamnya ada beberapa orang yang melihat balik ke arah saya,ohh bener ya jadi kendaraan umum.Kami pun kembali beradu dengan jalanan Semau menuju destinasi wisata pertama kami. Satu jam berjalan sepertinya kok tidak ada tanda – tanda pantai atau air laut. Jalanan yang kami lewati malah menjadi jalanan berkapur putih.

Saya pun diam saja menikmati pemandangan sekeliling yang makin menarik. Rumah – rumah yang sebelumnya adalah rumah biasa dengan batu bata kini berubah menjadi rumah berdinding kayu beratap rerumputan. Sesekali saya berjumpa dengan anak – anak kecil yang melihat kepada kami dengan wajah heran kemudian mereka melambai tangan.

Rumah Penduduk
“Disini jarang sekali ada orang yang datang berkunjung jadinya mereka (anak-anak kecil) pasti heran. Meskipun tak ada yang dikenal tapi setiap ada yang datang mereka menyambut dengan seperti itu tadi, melambaikan tangan dan kalau berpapasan dengan sesama pegendara motor pasti disapa dengan membunyikan klakson.”

Benar saja dari tadi Pak Erick selalu membunyikan klakson motor ketika berpapasan dengan pengendara motor lain. Padahal Pak Erick tidak mengenal mereka satu pun namun sapaan hangat berupa senyuman,lambaian, dan saling membunyikan klakson menjadi satu hal unik yang saya temui di Pulau Semau ini.

Saya pun ingin mencoba tiga resep rahasia tersebut. Saat seorang perempuan berjalan sedang menyeret tumpukan dedaunan yang sepertinya dibuat untuk atap rumah mereka saya pun mencoba menyapa dengan senyuman, lambaian tangan dan dibantu dengan klakson dari Pak Erick dan ibu – ibu itu pun menghentikan jalannya dan tersenyum manis membalas sapaan kami.

Berhasil!

Akhirnya selain diam menikmati perjalanan selama saya mengelilingi Pulau Semau tiga resep rahasia tersebut saya terapkan. Lucu sekali ketika melihat segerombol anak – anak yang sedang duduk – duduk kemudian semuanya melambaikan tangannya sambil tersenyum lebar :D

Di malam hari ketika masih menyusuri Pulau Semau untuk kembali ke pelabuhan saya kembali berbincang dengan Pak Erick. Mulai dari cerita Pak Erick saat dahulu bekerja di Timor Leste namun harus berhenti dari pekerjaanya karena konflik panjang yang akhirnya menjadikan Indonesia berpisah dengan Timor Leste dan hal tersebut mengharuskan Pak Erick kembali ke Kupang hingga cerita tentang penduduk Timor Indonesia.

“Di Timor ini memang bentuk fisik kita terlihat seram dan garang tapi itu semua mungkin karena pengaruh keadaan lingkungan yang memang cukup keras namun hati kita baik. Tak seseram apa yang terlihat dari luar.”

Saya pun mengangguk pelan beberapa kali.

Di tengah gelapnya jalanan Pulau Semau yang minim sekali penerangan tiba – tiba ada suara motor dari arah depan. Pak Erick kembali memberi tanda sapa berupa klakson, meskipun tanpa berbalas senyum dan lambaian tangan, balasan berupa klakson dari motor di samping saya menutup hari itu dengan pelajaran sederhana dari Pulau Semau yaitu tiga resep rahasia:

Senyuman, Lambaian Tangan, dan Membunyikan Klakson...



Sidoarjo, 21 Desember 2015.

Beberapa gambar yang saya ambil di Pulau Semau:

Pohon kering

Pantai Oinian

Jalan berwarna putih :o


Pantai Otan



Comments

  1. Sudah dekat dengan pulau Rote ini hehehe. Kalo untuk menurunkan motor secara manual saya sering mengamali waktu di Karimunjawa. Kudu ngangkat bareng, kalau tidak seprti itu biasanya menggunakan papan sebagai titian. Itu pohon yang hampir semuanya Merah kok keren ya :-D

    ReplyDelete
    Replies
    1. Wah kalau mengangkat motor manual baru pertama kali saya lihat di sini hehe, iya, kontras banget sama jalanan yg warna putih yaa

      Delete
  2. Jalannya seputih bedak :O

    Seberapa menghitamkah Mbak Ima habis dari sini?

    ReplyDelete
  3. wah cool! ternyata banyak tempat menarik di Kupang! :D

    Adis takdos
    travel comedy blogger
    www.whateverbackpacker.com

    ReplyDelete
    Replies
    1. iyaaa baru pertama kali ke Kupang kenangannya gak bisa dilupain sampai sekarang :D

      Delete
  4. Wih cantik banget jalanan desanya berpasir putih. Ditambah pohon berbunga merahnya jadi kontras dan makin cantik. Tapi kayaknya panas banget ya ;)

    ReplyDelete
    Replies
    1. iya panas bangett tapi terbayar sama keindahan alamnya hehe

      Delete
  5. aku malah ga inget kita ad ngelewati mobil haha pengen deh naik itu angkot :p

    ReplyDelete

Post a Comment

back to top