“200 ribu mbak, itu udah pas.”
“kurangi dikit ya pak, 150 berlima.”
Pak Susilo seperti agak berpikir dengan angka yang kami tawarkan tersebut, tak lama kemudian beliau mengangguk setuju. Setelah itu kami disuruh Pak Susilo untuk menunggu di Dermaga Tlocor untuk memulai perjalanan ke salah satu pulau unik di Sidoarjo, yaitu Pulau Sarinah.
Pulau Sarinah ialah pulau buatan yang dibuat oleh BPLS dari sedimentasi lumpur lapindo yang telah menyembur 10 tahun yang bertempat di muara sungai Kali Porong, Desa Tlocor, Kecamatan Jabon. Kira-kira luasnya sekitar 90 hektar.
Di Dermaga Tlocor nampak beberapa orang sedang sibuk dengan alat pancing masing-masing. Beberapa diantaranya sudah berhasil mendapatkan ikan sedangkan yang lain nampak masih berusaha menebar umpan agar pulang tidak dengan tangan hampa.
“Mbak mau naik perahu ya?”
“Iya pak”
Kemudian pria berbaju oranye yang menanyai saya segera memberitahukan kepada teman-temannya yang lain. Sepertinya dengan kedatangan perahu di dermaga sedikit mengganggu kegiatan memancing mereka. Saya pun kembali diam dan menunggu datangnya perahu Pak Susilo yang sedang disiapkan di sisi lain dermaga.
Sekitar 10 menit menunggu sambil berteduh di bawah pepohonan mangrove di dermaga, terlihat sebuah perahu mulai berjalan menyusuri sungai. Suara mesin perahu segera menyita perhatian kami semua di dermaga.
Kami berlima, saya, mbak, lek yani (panggilan untuk adik dari ibu), dan dua sepupu saya yang masih duduk di bangku SMP dan SMA segera bangkit menuju jembatan kecil sebagai jalan turun ke perahu.
Ternyata perahu Pak Susilo memutari dermaga. Padahal kalau lurus saja bisa langsung sampai namun sepertinya Pak Susilo tak ingin mengganggu aktivitas umpan-umpan yang telah dilempar dan ingin memanaskan mesin sehingga beliau mengambil jalan ke tengah sungai lalu merapat ke ujung dermaga.
Setelah dipasang sebuah papan kayu dari jembatan besi yang telah berkarat satu persatu kami mulai naik perahu. Ada rasa was-was ketika melewati jembatan besi karena beberapa bagian sudah berlubang dan terlihat berkarat. Namun dengan awas kami selamat hingga masuk perahu.
Perjalanan ke Pulau Sarinah pun dimulai...
Kami melewati Kali Porong (Sungai Porong) untuk menuju pulau tersebut. Sebenarnya sejak lama saya ingin kesana namun belum ada kesempatan yang pas dan kali ini saudara saya yang sedang mudik sedang ingin menjelajah Sidoarjo, saya pun langsung mengiyakan ajakannya.
Saat mulai menyusuri Kali Porong tiba-tiba saya mengingat sesuatu.
Sekitar setahun lalu, segerombol buaya muara terlihat sedang “berjemur” di Kali Porong Dusun Awar-Awar, Krembung. Kali Porong tersebut letaknya di sebelah kecamatan saya tinggal. Buaya-buaya tersebut berpindah tempat diduga karena pencemaran lingkungan. Berita tersebut cukup heboh di masyarakat Sidoarjo dan keluarga saya bahkan mbak dan ibu saya sempat akan melihat buaya tersebut tetapi gagal karena saat itu akses jalan cukup susah. Namun kepindahan buaya tersebut sampai sekarang belum dapat dipastikan berasal dari muara Kali Porong karena ada yang menyebutkan bahwa sebenarnya buaya-buaya tersebut milik warga yang sengaja dilepas.
Benar tidaknya berita bahwa buaya yang sedang “berjemur” tersebut berasal dari Kali Porong membuat saya tetap was was karena setahu saya tempat tinggal buaya memang di perbatasan antara laut dengan sungai dan tujuan saya adalah tempat tersebut.
Kalau buaya tersebut berpindah dari muara ke Kali Porong di Krembung berarti buaya tersebut pasti melewati Kali yang sedang saya lewati sekarang ini...hmmm baik tenang-tenang.
Lek saya sibuk untuk bertanya banyak tentang Pulau Sarinah pada Pak Susilo, saya sendiri sibuk dengan seorang sepupu saya yang masih akan duduk di bangku SMA, Ibed, karena ia berpindah tempat sehingga perahu langsung terasa agak miring.
“Bed, tetep duduk di sana.”
Ketakutan saya akan buaya sepertinya berimbas pada tiap gerak perahu. Sedikit saja oleng saya langsung menoleh ke Ibed yang memiliki postur badan sedikit bongsor untuk tak berpindah-pindah tempat duduk. Ibed sendiri sepertinya sedikit kesal pada saya yang nampak mengaturnya.
Saya tak mau perahu yang saya naiki terbalik dan berakhir dengan berenang bersama buaya, itu saja ketakutan saya.
Sekitar 30 menit di atas Kali Porong, tanda-tanda sebuah pulau sudah mulai terlihat.
Perlahan perahu mulai mendekat ke arah Pulau Sarinah. Hijaunya pepohonan mangrove menyambut kedatangan kami. Selain itu nampak beberapa burung liar yang hinggap di pepohonan dan ranting daun yang telah mati di Kali Porong serta terdapat sebuah dermaga sederhana terbuat dari kayu yang menjadi pintu gerbang pulau ini.
Dermaga Pulau Sarinah |
Mata kami semua nampak mengamati dengan jeli tiap sudut pulau yang hanya dapat kami lihat bagian tepinya saja. Sejauh mata memandang, pepohonan mangrove nampak tumbuh dengan lebat. Hanya suara mesin perahu yang begitu berisik terdengar di telinga. Selain itu kami hanya diam menikmati pemandangan.
Tiba-tiba karena penasaran saya bertanya pada Pak Susilo,”Pak di sini benar ada buayanya?”
Suasana yang sebelumnya hening tiba-tiba menegang. Saya langsung ditegur oleh lek dan mbak yang sepertinya memiliki rasa takut yang sama seperti saya. Pak Susilo tak menjawabnya hanya sedikit tersenyum. Saya pun mengurungkan niat untuk bertanya lagi.
Perahu terus bergerak mengelilingi pulau. Aliran sungai nampak begitu tenang sedikit berbeda saat akan “berbelok” ke arah Pulau Sarinah yang sepertinya menjadi pertemuan arus di Kali Porong.
Tak ada tanda-tanda keadaan manusia di tepi Pulau Sarinah karena memang keberadaan petugas dari BPLS (Badan Penanggulangan Lumpur Sidoarjo) berada di dalam pulau. Sebenarnya kami ingin masuk ke dalam pulau namun terbentur dengan peraturan baru yang mengaharuskan memiliki surat izin koramil setempat. Sayang sekali kami tidak mengetahui hal tersebut ._.
Menurut Pak Susilo, rencananya pulau ini akan dijadikan wisata mangrove serta ada beberapa fasilitas tambahan seperti sepeda air. Saat ini belum saya ketahui sampai tahap mana pulau ini dijadikan sebagai destinasi wisata. Namun untuk menjadikannya sebuah destinasi wisata baru di Sidoarjo sepertinya membutuhkan banyak persiapan termasuk salah satunya sisi keamanan transportasi menuju Pulau Sarinah dan mitos tentang buaya sendiri (tetep hehe).
Apakah benar buaya yang waktu itu berpindah ke Kali Porong berasal dari pulau ini dan kalau nanti dijadikan tempat wisata buaya-buaya tersebut bagaimana nasibnya ._. Entah kenapa saya begitu penasaran dengan keberadaan buaya. Padahal saya sendiri kalau langsung berhadapan pasti langsung menggigil ketakutan tak karuan.
Sebuah perahu nelayan nampak melaju ke ujung lain Pulau Sarinah. Saya pikir perahu yang kami tumpangi akan sampai ke ujung juga namun ternyata perahu memutari sungai dan sepertinya akan kembali ke Dermaga Tlocor.
Deru mesin terdengar begitu bising di telinga seperti halnya kondisi pembangunan kota yang terkenal dengan julukan “Kota Delta” ini yang sedang gencar sekali mempercantik diri di sana-sini. Semoga keberadaan pulau ini menjadi salah satu agenda besar bagi Sidoarjo untuk terus meningkatkan potensi wisata. Harapan dan doa selalu saya panjatkan bagi kota kelahiran tercinta.
Salam,
Salah satu putri daerah kota delta tercinta :*
Beberapa foto perjalanan selama di Pulau Sarinah:
Beberapa burung liar di Pulau Sarinah |
Pulau Sarinah dari atas, sumber: travelingyuk.com |
Dermaga Tlocor |
Pak Susilo, yang telah mengantar kami ke Pulau Sarinah |
Informasi tambahan :
-Untuk menuju Pulau Sarinah terlebih dahulu ke Dermaga Tlocor. Dari arah Tanggulangin, setelah melewati jembatan Kali Porong langsung belok kiri. Lalu jalan terus lurus sekitar 15 km sampai Dermaga Tlocor yang ditandai dengan sebuah patung berbentuk apel (padahal bukan kota apel).
- Infrastruktur termasuk sangat bagus karena jalan aspal tidak ada yang berlubang serta tempat parkir cukup luas saat di dermaga.
-Di sepanjang jalan mata akan dimanjakan dengan pemandangan tambak ikan serta ada beberapa warung makan ikan bakar.
-Harga sewa perahu sekitar Rp 150.000 – Rp 200.000
-Biasanya tempat ini dijadikan sebagai tempat latihan tim SAR karena di waktu yang lain saya pernah bertemu dengan tim SAR yang sedang berlatih di sana.
-Di Dermaga Tlocor sendiri terdapat pula warung penjual makanan kecil serta terdapat warung makan ikan bakar.
-Apabila ingin masuk ke dalam Pulau Sarinah harus memiliki izin dari koramil setempat, informasi ini saya dapatkan dari seorang warga di sana.
Baru tahu nih kalau ada pulau sarinah. Duh hahaha. Oiya, Beneran ada ya itu buaya di sungai porong, dulu pernah dengar soalnya.
ReplyDeleteSekarang udah tau kann?Mari ke Pulau Sarinah :D
DeleteDesas-desus berita juga seperti itu ._.
Waaah udah ke sana aja hahaha. Aku pengen eksplor dan mengulik lumpur dan tanggul lapindo sampe habis Ma, :D
ReplyDeleteEh, padahal kalau ada buayanya jadi seru kan ya? :p
hehe iyaa aku duluan jadinya kesana pas ada saudara penge ke sana juga soalnya. seru bangetttttt ._.
DeleteAlhamdulillah bekas sedimen lumpur lapindo bisa jadi sebuah pulau seperti ini. Semoga banyak manffatnya, Mbak Ima
ReplyDeleteIya Alhamdulillah :D aamiin semoga dibalik semburan lumpur ada banyak manfaatnya juga
Deletesaya malah baru tahu ada pulai ini keren juga kayaknya ya
ReplyDeletemari berkunjung ke Pulau Sarinaah :D hehe
DeleteWihhh baru tau kak ada beginian. Thank you infonya kaka :D
ReplyDelete