Saya hampir saja kesasar ke sebuah tempat bernama “Pemalang” saat petugas bus yang saya naiki menanyakan tujuan terminal saya turun. Beruntung saya bertanya perihal fasilitas mobil yang akan mengantar sampai
tujuan yang dimiliki oleh P.O Bus.
“Pak, tapi nanti saya diantar ke Jalan Pemuda kan?”
Dengan wajah sedikit bingung Petugas menjawab pertanyaan
lugu saya.
“Wah belum tau ya mbak nanti tergantung kantor P.O ada
tujuan ke sana atau tidak.”
DEG! Duh mati, masak saya harus luntang-lantung di jalanan
Semarang tengah malam. Karena ini adalah perjalanan pertama saya menuju Jawa
Tengah dengan berangkat solo, saya terus bertanya meyakinkan petugas akan
mengantarkan saya sampai ke tujuan seperti apa yang telah pihak P.O tawarkan. Sampai
akhirnya . .
“Mbak, sebenernya mau ke Semarang atau Pemalang?”
Saya pun semakin cemas dan bingung, awalnya saya mengira
Pemalang adalah nama terminal di Semarang sampai saya sadar setelah penjelasan
singkat dari petugas.
“Oh Mbak mau ke Semarang? Ya pasti diantar sampai ke tujuan
kalau gitu. Tadi mbak saya tanya mau ke Pemalang kok jawabnya iya, Pemalang itu
jauh dari Semarang mbak.”
Saya pun tersipu malu, tidak mencari informasi lengkap
tujuan perjalanan saya kali ini. Akhirnya petugas kembali sibuk dengan
tumpukkan kertas catatan tiket dan saya pun menyibukkan diri mengeringkan
satu-satunya alas kaki yang saya pakai.
Kehujanan -_- |
Matahari siang itu tepat menyengat di atas ubun-ubun. Setelah
menghadiri proses "selamat datang" dari Disbudpar Pemalang dan berkeliling di
Widuri Water Park, rombongan kami diajak berjalan menuju sebuah tangga di bagian
belakang area Water Park. Awalnya saya tidak mengetahui tangga – tangga yang
saya naiki menuju kemana namun ketika sampai di tangga paling atas, angin
sepoi-sepoi dan bau asin air laut langsung tercium menusuk hidung. Ternyata tangga
ini menuju dermaga kecil yang ada di Pantai Widuri.
Langsung saja saya pun langsung mengambil kamera saku di
tangan kanan dan segera melangkahkan kaki menuju ujung dermaga.
Angin yang bertiup cukup kencang membuat saya beberapa kali
harus membetulkan jilbab yang tertiup angin. Beberapa orang dengan “senajata”
pancingnya berpapasan dengan saya.Ada yang berjalan menuju ujung dermaga ada
juga yang berjalan menjauh menuju water park, entah mereka pulang atau
mendinginkan diri dengan minum air es kelapa di warung-warung dekat pantai.
Lalu lalang pemancing |
Langkah saya terhenti ketika sampai di dermaga dengan
konstruksi kayu yang terlihat begitu menantang untuk dilewati. Teman saya, Mas
Ragil, menunjuk teman saya yang lain yang telah melewati dermaga Shiratal
Mustaqim,begitu ungkapnya.
“ Lihat itu Ismi, dia udah nyebrang Shiratal Mustaqim.”
“Gak pengen nyoba nyebarang mas?”
“Ogaaah..hahaha ” sambil tertawa setengah terpingkal Mas Ragil menolak tawaran saya tersebut.
Saya pun sebenarnya agak bergidik ngeri dengan dermaga yang
miring beberapa derajat ke arah kiri. Tapi kepalang tanggung, sudah jauh – jauh
ke Pemalang saya pun akhirnya mencoba menyeberang dermaga tersebut.
Perlahan saya melangkahkan kaki dengan berpegangan tangan ke
kayu yang menjadi pegangan dermaga. Ketakutan saya waktu itu hanya dermaga yang
"menantang" tersebut tiba- tiba terkena gelombak besar dan meruntuhkan konstruksi
kayu. Kaki saya pun terhenti ketika dermaga kayu berubah menajdi dermaga bambu.
Beberapa langkah saja nyali saya sudah ciut. Dan akhirnya saya pun mengurungkan
niat untuk melanjutkan.
Setelah itu saya menunggu di perbatasan dermaga kayu dengan dermaga bambu. Dari jauh terlihat Mbak Ismi sedang menyeberangi dermaga bambu. Saya dan Mas Ragil pun bersorak merayakan keberhasilan Mbak Ismi seperti dua orang Cheerios di serial Glee.
Mbak Ismi sedang menyeberang dermaga bambu |
Kegembiraan saya bertambah selain melihat salah satu teman berhasil menyeberangi dermaga bambu, tiba-tiba salah satu teman saya yang lain melihat
seekor ubur- ubur sedang berenang. Sontak saya pun langsung mendekat ke teman
saya dan melongokkan wajah ke air laut yang berwarna gelap mencari ubur- ubur.
“Lucuuu banget!!” kata pertama yag keluar dari mulut saya
ketika pertama kalinya melihat secara langsung ubur- ubur berenang di laut.
Saya berpindah dari sisi kanan dermaga ke kiri hanya untuk
melihat ubur – ubur berenang.
Ada sesuatu yang aneh, ketika si ubur – ubur berenang mereka
diikuti oleh segerombol ikan kecil, entah apa maksud ikan – ikan kecil tersebut
mengikuti ubur-ubur.
Beberapa menit kemudian nampak ubur-ubur lain berenang
dengan gerakan sama, menekuk tentakel lalu meluruskannya agar bisa berenang,
seperti gerakan jellyfish pink di kartun Spongebob.
Untuk pertama kalinya juga saya melihat ada ubur – ubur berwarna
putih. Mereka memiliki “kepala” yang berwarna transparan, tentakel berwarna
putih #iyalah hehe , mereka benar – benar begitu menggemaskan, ingin rasanya
saya ambil dan saya letakkan di kolam rumah saya dan hidup bersama dengan dua kura-kura
saya. Tapi segera saya singkirkan pikiran aneh tersebut, mana bisa ubur - ubur dapat bertahan hidup di kolam kecil rumah saya -__-
Sore itu saya habiskan dengan melihat ubur-ubur yang
sedang berenang. Ditemani dengan matahari yang perlahan tenggelam menuju
peraduan dan tawa canda teman-teman baru saya di rangkaian acara #famtripjateng
membuat sore itu menjadi sangat istimewa.
Hangatnya matahari senja di Pantai Widuri membius kami
berempat, saya,mas Ragil, Mas Dani,dan Mbak Ismi yang sedang asyik bermain. Sampai
– sampai Mbak Atrik, yang menjadi tour leader #famtrip kami datang menjemput
untuk segera kembali ke Bus dan melanjutkan perjalanan selanjutnya.
Sedikit berat untuk melangkahkan kaki meninggalkan Pantai ini
karena sebenarnya saya masih ingin duduk – duduk di dermaga kayu sambil
menikmati senja. Tapi, perjalanan selanjutnya sudah menanti.
Hembusan angin laut yang menggoyang – goyangkan daun pohon
pinus seperti sedang melambaikan tangan perpisahan dengan Pantai Widuri ini.
Terima kasih Pantai Widuri, ubur – ubur, dan Pemalang,
sungguh perjalanan yang tak terlupakan menginjakan kaki di Kota yang sebelumnya
saya kira nama sebuah stasiun di Kota Semarang hehe :p
Wih baru tau kalo di pemalang ada pantai yang bagus, next trip harus kesana
ReplyDeleteJangan sungkan untuk mampir ke www.travellingaddict.com
iyaaa wajib deh kesanaa :D
Deletewahahahahah mirip mirip karo ceritoku sing lewat jalur tengah untuk ke pati. siap rilis malam ini :D.
ReplyDelete*brb blogwalking*
Deletewah belum sampai jembatan shirotolmustaqim, ampun .... *pegangan tembok kamar, suka banget sama tulisannya LOVE
ReplyDeleteayooo coba kesana mbaak sambil nyebrang jembatannya haha :))
Deletemakasiii suka juga sama tulisan mbak siskaaa :D
sukaa tulisan ima..itu ubur2nya unyu yaaa....jembatannya ngeri bingit, ngga berani sampai ujung eyke...
ReplyDeleteaw ada mbak penulis kece makasii mbak :D
Deleteiya unyu banget haha samaa cuma mbak Ismi yg berani nyebrang ituu
Jadi ubur-ubur warna apa yang membuatmu tertambat haaa? hahaha
ReplyDeletesemua ubur-uburnya bikin hatiku tertambat koh :3
Deletemaaa, jembatannya serem ma :| hehehe.
ReplyDeleteeh ubur-uburnya nggak pink kayak di sponge bob ya? :p
iyaa mbak aku juga gak berani nyebrang pas kesana haha :p
Deletehihi iyaa padahal aku nyari yg wrna pink mbak :3
Aaaaak.. Mau foto-foto jugak di dermaganyaaaa >,<
ReplyDeletehihi yuuuk kesiniii :))
DeleteOh pemalang itu nama kota yaaa #laludikeplak
ReplyDeletenama terminal di Semarang itu kak #dikeplakkeplak haha :v
Delete