WWD 2015: Mau Mencemari Sungai Indonesia dengan Berapa Milyar Bakteri Lagi?

Menurut penelitian, sekitar 70% dari tubuh orang dewasa terdiri dari air dan kita bisa bertahan hidup maksimal tiga hari saja tanpa air, dengan beberapa fakta tersebut sudahkah masyarakat sekeliling kita sadar dan peduli pentingnya air bagi kehidupan kita?

Seorang kakek yang berjalan di tanah desa

Beberapa waktu yang lalu saya berkesempatan untuk mengunjungi Desa Kedungdendeng. Hanya dua hari saja memang saya tinggal di desa yang terletak di daerah perbukitan tersebut, namun ada sedikit cerita yang dapat saya bagi berkenaan dengan Hari Air Sedunia yang bertepatan tanggal 22 Maret ini.

Saat ini musim hujan tengah dialami oleh desa yang letaknya diapit oleh beberapa bukit ini. Air sungai yang berada di beberapa titik di desa ini nampak begitu jernih. Lalu saya membayangkan bagaimana keadaan desa ini saat musim kemarau, karena sepengetahuan saya daerah berkapur seperti desa ini cukup sulit untuk mendapatkan air bersih apalagi saat musim kemarau tiba. Dan benar saja menurut salah satu warga, saat musim kemarau penduduk harus berjalan sejauh 2 km ke arah utara desa untuk mencari air bersih. Tak dapat saya bayangkan harus mencari tetesan air bersih dengan berjalan menuruni bukit sejauh 2 km lalu kembali ke rumah dengan menaiki bukit lagi.


Untuk mencari air saat musim kemarau harus berjalan 2 km menuruni bukit ini  

Hijaunya sawah di Desa Kedungdendeng

Ada satu masalah lagi yang saya anggap cukup serius, kualitas air bersih saat musim hujan. Ada satu sungai yang cukup besar dan jernih yang alirannya menyambut kedatangan kami saat pertama menginjakkan kaki disini. Sungai ini menjadi salah satu tulang punggung kegiatan sehari – hari beberapa penduduk. Saat pagi hari saya berjalan menuju sungai, terlihat beberapa orang sibuk menyuci baju, ada juga yang sedang berurusan dengan perutnya disini. Sebenarnya di beberapa rumah penduduk sudah ada yang mempunyai toilet seperti di rumah Pak Wo, kepala dusun yang rumahnya menjadi tempat tinggal sementara kami. Di sana sudah ada toilet namun sepertinya perlu dilakukan sosialisasi lagi mengenai air bersih dan dampaknya terhadap lingkungan.


Terlihat seorang perempuan sedang menyuci baju

Menurut UNICEF 1.400 anak di bawah lima tahun meninggal setiap hari karena penyakit diare terkait dengan kurangnya air bersih dan sanitasi serta kebersihan air yang memadai. Penyakit ini menjadi salah satu ancaman serius bagi anak-anak dan balita di Indonesia. Angela Kearney, Kepala Perwakilan UNICEF mengatakan, ”Diare yang sering disebabkan oleh air yang tidak bersih maupun oleh praktek-praktek sanitasi dan kebersihan yang buruk tetap menjadi salah satu pembunuh terbesar anak – anak balita d Indonesia.”

Tak banyak yang harus saya tuliskan lagi, di Hari Air Sedunia ini saya berharap, kesadaran akan pentingnya air bersih meningkat di masyarakat, cukup dengan membiasakan beberapa hal sederhana seperti cuci tangan sebelum makan dan sesudah “membuang” isi perut, membiasakan untuk buang air besar di toilet, menutup makanan agar terhindari lalat, dan menjaga kebersihan diri serta lingkungan.





Sumber :

1) http://www.unicef.org/indonesia/id/media_22273.html

2)http://www.wheniscalendars.com/wp-content/uploads/2015/01/World-Water-Day-2015-March-22.jpg

Baca postingan kereeen teman-teman Travel Blogger Indonesia yang lain ya, di:

1. lostinparadise.web.id : Cerita Dari Pesisir Semarang
2. obendon.com : Wisata Tasik Kenyir, Eco Tourism atau Ego Tourism Park?
3. peekholidays.com : 10 Waterfalls. 10 Splashes of Experience
4. tindaktandukarsitek.com : ke mana air ciliwung mengalir?
5. adlienerz.com :Wae Latu, Berkah Air Bagi Kampung Sepak Bola
6. titiw.com : Apa Itu Ketahanan Air?
7. len-diary.blogspot.com : Peduli Lingkungan di Hotel
8. disgiovery.com : Kelana Air






Comments

  1. Desa KedungDendeng itu di mana? Apa titik mengambil air bersih dan titik buangan (cuci, dll) berada di jalur yang sama?

    ReplyDelete
    Replies
    1. Di Jombang mbak,wahh belum nanya sampe kesana, tapi kalau tempat ambil air bersihnya di jalur yg lebih "duluan" ngalirnya daripada titik buang..

      Delete
  2. Ciye, travel blogger Indonesia #eh :D

    ReplyDelete
    Replies
    1. *sungkem sama yang punya blitar rek* hehe

      Delete
    2. *ikutan sungkem sama yang bisa beli bakso prasmanan


      imama : yuk ke Blitar im :D

      Delete
    3. ayooo mas pandu siap-siap jadi tuan rumah iki haha

      Delete
  3. dulu sewaktu kecil sudah merasakan berbagai kegiatan di sungai, mulai dari mancing, mandi, nyuci, nyari pasir sampai urusan perut juga hehe. sayang sampai sekarang masih ada saja orang yang buang sampah ke sungai, jadi sungai sekarang jadi tempat olah sampah yang mentranformasikannya menjadi banjir. berharapnya sungai di desa khususnya di perkotaan bisa seperti di Eropa gitu hehe :)

    "... Dan dari air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka mengapakah mereka tiada juga beriman?" (QS. 21:30)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Woiii komting tumben ikutan ngomen di blog kuu hahaha
      Aku dulu sih yuf sering main juga di sungai tapi pas temen-temenku masuk ke sungainya aku milih liat dari tepinya aja soalnya takut ada buaya #iniserius hhaha
      Dan sekarang aku nyadar sungai di depan rumahku gak ada buaya adanya buaya darat wkwkwk

      Nah di Qur'an aja wes disebutin air-air gitu, semoga aja sungai - sungai di Indonesia bisa semacam sungai di Venesia hehe aamiin :))

      Delete
  4. Kedungdendeng daerah Jombang toh, sawahnya kelihatan subur, tapi air bersihnya susah ya?

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya daerah Jombang, kalau musim kemarau sedikit susah mesti nyari sejauh 2 km an dari desanya :((

      Delete
  5. Halo Imama.
    Anyway, saya suka nih sama artikel travel macam gini.

    Sebenarnya, warga dusun itu memang belum mengerti akan pentingnya air bersih atau mereka memang tak ada pilihan lain karena sumber air bersih terlalu jauh?

    Lalu, toilet umumnya bagaimana keadaannya, kok mereka malah masih tetap nyuci n "bisnis" perut di sungai?
    Thanks

    _"It's not just about the destination, but the journey"_

    http://makanangin-travel.blogspot.com/

    ReplyDelete
    Replies
    1. Halo kak George Martinus...
      Terima kasih banyak aku juga suka sama tulisan tentang jepangnya :D

      Dari kacamata penglihatan saya ya kak, mereka belum sadar akan pentignya air bersih kak, karena mungkin belum ada sosialisasi atau penyuluhan tentang pentingnya air bersih..

      Untuk toilet umum sepertinya belum ada kak, adanya toilet di Musholla di "pusat" perkampungan mereka..

      Semoga saja untuk kedepannya masalah air bersih dan kesadaran masyarakat segera tertangani :)

      Delete

Post a Comment

back to top