Jangan Menyerah di Jalan Putus Asa
Pagi itu, di pinggiran salah satu kota di Jawa Timur suasana begitu tenang. Kokok ayam terdengar bersahutan. Di sisi kanan dan kiri nampak sawah dengan beberapa petani yang sedang menanam padi. Dari kejauhan bukit berwarna hijau terlihat berdiri gagah bersama teman-temannya. Saya membuka kaca perlahan, mempersilahkan udara pagi masuk ke rongga paru-paru yang terasa sesak dengan segala residu yang saya hirup di kota Pahlawan.
Rumah – rumah penduduk masih bergaya rumah Jawa lama, dengan genting yang rendah sampai ada yang hampir menutupi bagian atas pintu. Tiba – tiba teman saya menghentikan mobil yang kami kendarai. Ia keluar dan bertanya pada seorang wanita yang tengah sibuk beraktivitas di depan rumahnya. Tidak berapa lama ia kembali lalu kami dibawa masuk ke sebuah gang. Kemudian ia memarkirkan mobil di depan rumah salah seorang penduduk yang telah ia kenal sebelumnya.
Setelah kami keluar dan menyapa pemilik rumah tersebut kami pun siap untuk melanjutkan perjalanan ke tujuan utama, sebuah institusi pendidikan dasar yang berada di bukit yang telah kami lihat saat perjalanan menuju desa terakhir yaitu Desa Brangkal.