Guncangan keras Trooper membangunkan tidur saya malam itu.
Jalanan kanan dan kiri saya gelap nyaris tidak ada cahaya. Yang dapat saya
lihat hanya pandangan di depan berkat bantuan lampu mobil. Terlihat sisi kiri
jalan adalah jurang lalu sisi kanan adalah tebing. Lambat laun pemandangan
berubah. Samar – samar saya dapat melihat di sisi kiri sebuah gunung menjulang
tinggi.
“ Kalau pagi pemandangannya mantep , hijau semua ini,” kata
mas Reyza , pemilik jasa travel yang kami sewa untuk menemani perjalanan
singkat kami ke Bromo kali ini.
“ Mirip sama yang di bbm nya Mas Reyza ? “ saya pun
menimpali.
“ Iya mbak.”
Saya pun menyandaran kepala saya lagi. Pikiran saya segera
terpaku pada foto di profil bbm mas Reyza. Beberapa mobil jeep terlihat
berjalan di tengah hijaunya rerumputan savana. Terlihat mobil – mobil tersebut
membelakangi sebuah gunung yang juga berwarna serupa.
Saya makin tidak sabar menunggu
pagi dan melihat sendiri dengan mata telanjang saya hamparan rerumputan hijau
dengan bukit – bukit kecil seperti di serial anak – anak TV swasta saat saya
masih memakai seragam merah putih dulu. Entah mengapa meskipun tujuan utama
kami kesini adalah ke Gunung Bromo hati saya segera terpaku pada savana ini....
---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Angin dingin gunung menerpa wajah yang sengaja saya
keluarkan sedikit dari jendela Trooper. Beruntung kami mengunjungi Bromo saat
musim hujan. Tidak ada badai pasir dan pemandangan lebih hijau adalah
‘fasilitas’ yang ditawarkan TNBTS saat musim hujan seperti ini.
“ Kalau semua masuk , biasanya saya tancap gas tinggi trus
ngebut di area ini,” kata Mas Reyza memecah keheningan.
Saya membayangkan perjalanan off road seperti malam kemarin
akan saya alami lagi. Oke – oke aja mas , batin saya, tapi kasihan dua teman saya yang duduk di
atas Trooper bisa – bisa mereka terpental dari Trooper.
“ Sebentar lagi saya mau belok tajam ini,” ucap Mas Reyza
lagi.
“ Yang di atas hati – hati sebentar lagi mau belok tajem,” seru
teman saya, Xenia, kepada dua orang teman saya yang lebih memilih duduk beralas atap Trooper.
Padang pasir saat musim hujan |
Tidak beberapa lama mobil meliuk sedikit tajam. Suara
sahutan dua orang teman saya segera terdengar. Entah apa yang mereka rasakan ,
duduk di atas mobil 4WD dengan goncangan – goncangan dan liukan mobil.
Jalanan pasir yang kami lewati berubah menjadi sedikit
berbatu. Guncangan – guncangan kecil kami rasakan kembali mirip saat perjalanan
kami kemarin malam. Pemandangan pun perlahan berubah. Bukit hijau di sisi kanan
saya terlihat seperti pintu gerbang
bertuliskan “ Welcome to the Savana.” Saya pun langsung membuka mata lebar-
lebar sambil mengedarkan pandangan dari sisi kanan ke kiri. Bukit – bukit kecil
yang berundak dengan pohon – pohon berwarna coklat tua menghiasi semua penjuru.
Tampak beberapa mobil jeep berhenti di dekat kaki bukit – bukit tersebut. Saya
bisa menebak pasti mereka sedang mendokumentasikan keadaan sekitar yang sayang
sekali untuk dilewatkan.
Sebuah Jeep berhenti di bawah kaki bukit |
“ Kemarin kita lewat sini, tapi kemarin gelap jadi gak bisa
liat apa-apa,” salah satu teman saya berkata untuk meyakinkan kami yang tidak
menyangka kemarin melewati jalanan dengan pemandangan menakjubkan ini.
Beberapa saat kemudian mas Reyza menghentikan Trooper
miliknya. Kami pun tidak sabar untuk segera turun dan menikmati savana yang
sudah menggoda kami sejak perjalanan dari kaki gunung Bromo.
Udara segar segera berebut masuk ke hidung saat saya keluar
dari Trooper. Di depan saya hamparan bukit – bukit kecil berwarna hijau dengan
pohon – pohon berwarna coklat tua seperti memanggil untuk segera didatangi. Setelah puas mengedarkan pandang ke segala penjuru kami pun beranjak menuju
bukit yang mirip seperti Teletubbyland.
Ternyata cukup jauh letak bukit yang mirip dengan rumah
induk Teletubbies tersebut. Kami harus melewati rerumputan kering dan sungai
kecil yang tidak ada airnya. karena kelelahan setelah berjalan di Bromo akhirnya kami memutuskan untuk beristirahat
sambil makan makanan ringan. Semilir angin yang bertiup cukup kencang menjadi
backsound mini piknik kami.
Beberapa meter dari tempat kami duduk terdapat empat orang
yang sedang berfoto di depan sebuah tenda berwarna orange. Dari tempat parkir
Trooper tadi memang mencolok sekali
tenda tersebut. Secara bergantian, keempat orang tadi saling bergaya dan
berfoto di depan tenda dengan background Teletubbyland. Entah mereka sengaja
mendirikan tenda untuk bermalam atau mereka hanya mendirikan untuk ‘pemanis’
foto.
Cukup lama kami duduk, menikmati Teletubbyland di depan kami
dengan makanan ringan yang hanya tersisa remahan – remahan kecilnya saja. Kami
lebih banyak diam daripada mengobrol bersama. Sepertinya mulut kami tersumbat
dengan apa yang terhampar di segala penjuru. Sebenarnya kami juga sedang
menunggu dua teman kami yang berjalan berdua menuju bukit yang paling mirip
dengan rumah Teletubbies. Mungkin kekuatan cinta dua teman kami tersebut mampu
mengalahkan lelah yang harus kami rasakan setelah berjalan dari parkiran Jeep,
200++ anak tangga Bromo, dan harus kembali berjalan lagi dari puncak menuju
parkiran Jeep :D
Beberapa menit kemudian dari kejauhan terlihat dua teman
kami datang, bersamaan dengan itu terlihat gerombolan awan pekat dengan angin yang
bertiup kencang datang ke Teletubbyland. Kami pun memutuskan untuk segera
kembali ke Trooper. Selain ada satu lagi
destinasi wisata yang akan kami kunjungi , cacing di perut kami sudah
menggeliat tak karuan.
Sebelum meninggalkan tempat kami menyempatkan diri untuk
berfoto bersama full team karena sejak di Bromo kami berfoto secara bergantian belum ada yang bersama-sama. Cukup singkat memang perjalanan ke Savana kali ini
tapi bentang alam yang disuguhkan benar – benar melebihi ekspektasi saya akan
padang rumput di TNBTS.
Foto bersamaa :)) |
Suara berat mesin Trooper terdengar dinyalakan. Jalanan
berbatu kembali kami rasakan saat Trooper berjalan pelan meninggalkan Savana. Dari
kejauhan nampak gumpalan awal hitam makin mendekat. Kembali saya menyandarkan kepala , menengok ke jendela di sebelah kanan saya , dan berbisik di hati , I’ll see you soon Savana . . .
ps: Sumber foto yang tidak saya watermark dari hasil jepretan temen saya, mas Bagus, Arif, Akbar :)
Jadi pengen berpelukan kaya teletubies disana :D
ReplyDeleteapalagi pelukannya di bukit yg ijo-ijonya mas,teletubbies abesss haha :)))
DeleteAh ... Bromo selalu bikin aku jatuh hati :-)
ReplyDeleteawas mas hati-hati jangan jatuh terus nanti sakitt :p
DeleteKeren, pingin euy kesini (:
ReplyDeleteyuk mari ke Bromo, mumpung lagi kereen banget :D
DeleteAku ke Bromo gag pernah ke sini, im :"( Sedihnya.
ReplyDeleteMana hujan saljunya, Im :p
jangan sediiih ayo liburan bareng anak sekosan 72 kesana hahaha tunggu yaa temenku blm ngasih urlnya :v
Deletehaha. kalau udah dikasih url, share ya, im. nanti aku liat :p
Deleteayo ayok :D tapi anak 72 pada cewek semua -__- susah cari tebengan :v
kita ke malang dulu rame" naik kereta trus nanti dijemput sama yg punya travel happy :)))
Deletekalo bukitnya seindah dan sebesar itu ga kebayang teletubiesnya segede apa :|
ReplyDeletejangan dibayangin kak,langsung kesana aja hahaha :D
DeleteKlo musim kemarau jadi agak kuning hehehe
ReplyDeleteiyaa jadi kering :|
Deletepengen ksna...,
ReplyDeleteada gk yang mau ksana.. aq mau nimbrung :)
bikin open trip kak hehehe :v
Delete