Serpihan Sejarah di Kampung Arab Surabaya Utara



Siang itu cuaca cukup cerah. Tapi ketika saya mendongak ke atas terlihat awan hitam sedikit demi sedikit datang bersama segerombol kawannya. Saya sedang menuju ke salah satu kawasan terkenal di Surabaya , Kampung Arab, yang terletak di Surabaya bagian utara. Ada salah satu temat yang saya ingin sekal kunjungi setelah membaca artikel di http://ayorek.org/2013/08/merayap-di-kampung-arab/ 

Tidak lama kemudian saya sampai di kawasan itu , Akhirnya sampai juga ...

Setiba di kawasan kampung Arab Surabaya saya mengecek alamat lokasi tujuan kami. Kami bertanya ke beberapa orang yang langsung mengatakan “ Oh itu ke arah sana mbak “ ujar bapak tukang becak yang terlihat tidak begitu meyakinkan. Saya langsung menuju ke teman saya yang sudah menunggu di atas sepeda motor dan memberitahu ke arah yang ditunjuk bapak tersebut.

“ Ma , kok tempatnya gini ? Bener ini ma ? “ kata teman saya yang terlihat cemas kami tersesat.

“ Iya De bener , tadi katanya kesini , aduh kok serem gini ya jalannya lumpur semua , kayaknya gak ada tanda – tanda lokasi tempat kita juga ini.” Saya meracau ke teman saya.

Saya pun bertanya ke beberapa orang yang sedang duduk di samping jalan dan mereka pun menyuruh untuk berjalan lurus terus. Kami menurut saja dan mengarahkan motor ke arah yang ditunjuk ibu – ibu yang kami tanyai yaitu arah lurus terus.

Keadaan jalan yang penuh lumpur

Jalanan semakin berlumpur dan becek. Dengan hati – hati teman saya  memilih jalan yang tepat agar tidak terjadi selip yang bisa membuat kami berdua jatuh di kubangan lumpur. Tempat yang kami lewati ini seperti area pergudangan. 

Mungkin ini tempat penyimpanan sementara barang-barang dari Pelabuhan Perak , pikir saya.

Bangunan di kawasan Surabaya Utara

Setelah berjalan sekitar satu kilometer akhirnya kami sampai di rumah penduduk. Setelah bertanya tempat yang kami maksudkan tidak ada satupun orang yang mengetahuinya.

“ Kalo gang ini yang sebelah itu mbak , tapi kalo langgarnya saya nggak tau,”ujar seorang Bapak yang rambutnya sudah terlihat beruban.

Saya menghela nafas perlahan dan berkata kepada teman saya ,” Ayo de kesana aja nanti tanya orang lagi.”

Setelah masuk ke gang yang ditunjuk oleh Bapak tadi teman saya menurunkan kecepatan motor. Saya celingukan melihat ke kanan dan ke kiri. Gangnya udah bener , nah mana ya tempatnya. Sudah sekitar 500 meter dari mulut gang kami duduk di atas sepeda motor dan mencari tempat yang kami tuju.

“ Eh de stop stop itu tempatnya ,” teriak saya yang kegirangan melihat bangunan tua di sebelah kanan jalan.

Seperti Dora dan Boots yang kegirangan sampai ke tempat tujuan petualangannya , saya pun begitu. Tapi saya tidak menari – nari dan tidak ada pula rombongan siput dengan terompetnya untuk merayakan keberhasilan Dora. Cukup senyum dan ucapan Alhamdulillah : ))

Langgar Sagipoddin tampak depan


Kami pun langsung menuju Langgar yang terlihat seperti tempat tinggal bukan tempat ibadah. Kalau tidak ada tulisan “ Langgar Sagipoddin “ di tembok langgar ini mungkin saya tidak akan menemukan tempat ini. Terlihat ada warung kecil di depannya yang dijaga oleh dua orang wanita yang berusia cukup senja. Mirip seperti apa yang diceritakan di artikel yang saya baca.

Lantai dua Langgar




Saya meminta izin terlebih dahulu untuk masuk ke dalam langgar.

“Bu permisi saya mau masuk ke dalam langgar , apa boleh bu ? “

“ Iya.” ujar wanita ini dengan menganggung pelan.


Suasana sedikit seram menyelimuti kami berdua saat masuk ke dalam langgar ini. Setelah melewati pintu bercat kuning , ruangan cukup besar disebelah kanan berlantai tegel kuning menyambut kami. Sepertinya ini adalah tempat langgar yang dimaksud. Cat di temboknya terlihat sudah mengelupas. Terlihat ada baju yang digantungkan di sisi kanan langgar ini , ini langgar  apa tempat jemuran batin saya.  Di sebelah kiri pintu masuk di depan ruang langgar terdapat saluran air. Sedikit membuat pemandangan menjadi sedikit tidak menyenangkan.

Ruang utama Langgar Sagipoddin

Setelah puas melihat ruang utama bangunan ini kami pun melangkahkan kaki untuk masuk ke dalam. Ketika melewati pintu kedua kami langsung belok ke kanan. Di depan kami terdapat lorong yang sedikit gelap. ‘Lorong misteri’ sepertinya cocok saya sematkan pada lorong ini. Cahaya matahari yang tidak dapat masuk lorong ini membuat suasana menjadi sedikit horor. Apalagi hawa lembab yang menyeruak ketika kami masuk lebih dalam lagi.

Lorong bagian dalam Langgar 

Di sisi kanan terdapat tangga menuju ke lantai dua. Di sebelah kiri terdapat dua ruangan. Masing-masing ruangan ini sangat gelap dan isi dari masing-masing ruangan berbeda-beda antara satu dengan yang lain. Di ruangan pertama saya melihat botol – botol beling terlihat menumpuk menjadi satu.


Foto saya di dalam bangunan 


Hawa lembab yang kami rasakan tadi ternyata berasal dari tempat penampungan air dan sumur yang berada di pojok kanan lorong ini. Oh pantas saja hawanya jadi sedikit dingin wong ini ada sumur sama tempat buat wudhu.

Sumur di dalam Langgar

Tempat penampungan air

Setelah puas melihat bagian dalam bangunan berlantai dua ini , kami pun segera beranjak dari tempat tadi. Di ruang utama langgar , kami melihat ibu yang tadi kami mintai izin sedang mengupas bawang. Kami menghampirinya dan mulai untuk sedikit bertanya – tanya.

“ Bu , ini tiap hari yang jaga , bersihkan langgar siapa bu ?”

“ Ya saya sendiri mbak , yang sholat disini tiap hari juga cuma saya sendiri , yang nyapu juga saya sendiri.”

“ Loh gak ada orang – orang yang sholat disini bu ?” tanya saya keheranan.

“ Gak ada mbak saya sendiri yang sholat disini.”

“Kenapa ya bu ?”

“Gak tau mbak.”

Jawaban – jawaban yang diberikan ibu ini sedikit nyegeki tiap pertanyaan saya , hmmm tapi saya tidak boleh menyerah hehe.

“ Ibu disini udah lama jaga langgarnya?”

“ Udah mbak , udah dari dulu.”

Imama tidak boleh menyerah.

“ Oh gitu lah ini langarnya punya siapa bu ? Kok dibiarin kayak gini ?”

“ Gak tau juga mbak saya dari dulu udah disini ya kayak gini kondisinya.”

Imama pun menyerah :|

Ini ngeri banget ekspresi ibunya kayak udah siap mau nyembelih saya :|


Setelah melakukan percakapan singkat dengan ibu penjaga langgar yang saya lupa menanyakan namanya saya pun pamit untuk pulang.

Sebenarnya tempat ini cukup menarik menurut saya. Dari namanya saja terlihat unik , Sagipoddin. Sejak awal membaca tulisan di artikel http://ayorek.org/2013/08/merayap-di-kampung-arab/  saya sudah membulatkan tekad untuk mendatangi dan menanyakan langsung perihal bangunan yang beralamatkan di Kalimas Udik ini. Meskipun yang saya dapatkan tidak terlalu memuaskan keingintahuan saya yang begitu besar tetapi setelah membaca artikel di internet ternyata tempat ini benar – benar sangat bersejarah , terutama bagi anggota organisasi Islam di Indonesia , Nahdlatul Ulama atau biasanya disingkat NU.

Di tembok bangunan ini tertulis Langgar Keluarga Sagipoddin. Saya pun membuka google dan mengetikkan 'keluarga Sagipoddin adalah' dan ternyata yang keluar adalah tulisan yang merujuk pada Organisasi Islam terbesar di Indonesia yaitu Nahdlatul Ulama. Saya mencoba membuka salah satu link dan menyimpulkan bahwa Sagipoddin yang lebih dikenal dengan sebutan Gipo merupakan marga dari seseorang keturunan Arab yaitu Abdul Latif Sagipuddin. Setelah menelisik sejarah singkat dapat disimpulkan bahwa tempat ini dulunya (mungkin ya soalnya ini berdasarkan kesimpulan dan sepengetahuan saya di lapangan hehe) menjadi tempat kumpulnya para ustad yang akan mendirikan NU. Nah salah satu anggota marga ini , Hasan Gipo terpilih menjadi Ketua Tanfidziyah NU Pertama. ( sumber : Tentang NU ) 

Setelah membaca singkat sejarah bangunan itu saya merasa sedikit miris. Langgar itu merupakan salah satu saksi bisu bagaimana organisasi NU didirikan tapi saat ini nasibnya memprihatinkan. Yang merawat dan sholat di langgar tersebut hanya seorang ibu-ibu yang sudah berusia lanjut. Andai tempat ini dirawat dan direnovasi lagi saya yakin tempat ini akan menjadi langgar yang cukup menarik karena dari segi arsitekturnya yang unik yang dibangun sejak jaman Belanda dulu. Nah apalagi kalau ditambahkan pengeras suara untuk Adzan agar orang-orang di sekitar Kalimas Udik mengetahui waktu sholat telah datang dan segera sholat di langgar tersebut. Semoga nantinya pihak keluarga Sagipoddin segera merenovasi langgar ini agar dapat dimanfaatkan dan digunakan sebagaimana mestinya.  Aamiin : ))

Nah tujuan saya selanjutnya adaalah Makam Sunan Ampel. Cukup menyenangkan waktu disini soalnya ketemu sama ngobrol dikit sama bule yang lagi singgah di Surabaya hehe. Tidak lama waktu yang saya habiskan disini karena awan di langit terlihat makin pekat ketika saya mengunjungi lokasi salah satu Wali Songo ini.

Pintu masuk ke Sunan Ampel

Suasana keramaian di pasar menuju masjid Ampel



Assalamualaikum :))

Sekian postingan kali ini , jangan sungkan buat ninggalin jejak yaa hehe :p

Happy traveling :))


Comments

  1. Cedek Rumahku ini mbak imama.. :p

    ReplyDelete
    Replies
    1. oh ya mas ? haha sip sip makasih sudah mampir :))

      Delete
  2. Waaah seneng nemu tulisan ini. Bisa buat referensi tambahan destinasi kalau main ke surabaya. Soalnya paling cuma tahu museum kretek sama kawasan kota tua seputaran jembatan merah. Nice post :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. terima kasih sudah mampir , sebenarnya masih banyak lagi kok , ini baru kampung arabnya , di kampung pecinannya ada lagi tempat yg menarik hehe , kalo butuh referensi destinasi wisata di sby insya Allah saya bisa bantu kok hehe , makasih :)

      Delete
  3. Berasa masuk ke BUKAN DUNIA LAIN deh hahha,,,, itu asli sudah gak layak untuk ditempati,,, coba aset berharga tersebut dikelola dan direnovasi pasti yahud...

    ReplyDelete
    Replies
    1. haha benerr aura mistinya udah kerasa banget pas masuk bangunannya.Ah iya semoga secepatnya dikelola dan direnovasi , aamiin :))

      Delete
  4. Salah satu kekurangan bangsa Indonesia adalah kurang mampu dalam merawat sesuatu. Miris banget melihat bangunan bersejarah kayak gini dibiarkan teronggok sekarat di pinggiran kota. Pemerintah daerah kita memang masih belum memiliki kesadaran tinggi dalam hal pariwisata. Padahal, kota-kota kita juga nggak kalah menarik daripada kota-kota di negara tetangga.

    Duh jadi curhat haha. Salam kenal.

    ReplyDelete
    Replies
    1. haha gak apa kok sedikit menumpahkan aspirasi pribadi :))

      Di surabaya sendiri saat ini masih fokus untuk tata kotanya (menurut saya) soalnya walikota sby fokusnya disana mungkin , semoga saja untuk beberapa waktu ke depan pihak pemkot sby mau untuk lebih 'melihat' potensi yang masih tersembunyi di kota ini , aamiin :))

      Salam kenal juga :D

      Delete
  5. Deket rumaku maaa, tapi aku jarang banget kesanaaa :D

    ReplyDelete
    Replies
    1. jauh dong mbak rumahnyaa hehe..keren keren loh mbak daerah ampel sana :D

      Delete
    2. Nggak juga sih hahaha, kamu kudu coba wisata kulinernya ma, enak enak loh :9

      Delete
    3. iyaaa mbak pernah diajakin hendrick tapi malem banget di kos ada jam malam :|

      Delete
  6. WAhhh sayang banget ya... padahal bentuk bangunannya bagusss banget dan laku dijual jadi wisata tuh kalau di negeri sebelah >.<
    Nice share.. mari jaga bangunan tua dengan berbagi ke teman yang lain. Dengan banyaknya kunjungan niscaya tempat itu tidak lagi "dingin" dan ada bentuk berbangga hati dari penjaga maupun pemilik yang entah siapa ^_^

    ReplyDelete
    Replies
    1. iyaa sayaaang bangett coba kalo dipugar dikit jadi keren pastinya ya kak, mari jaga bangungan tua :))
      makasih udah mampir :D

      Delete
  7. Itu Ibu jangan-jangan "penghuni gelap" Langgar Keluarga Sagipoddin?

    ReplyDelete
    Replies
    1. Jeng jeng jeng, terlalu takut saya waktu itu jadi gak sempet nanya lebih jauh lagi :|

      Delete
  8. https://www.facebook.com/surabayatempodulu/photos/a.268232581444.140871.263449086444/10153418740166445/?type=1&theater
    https://www.facebook.com/surabayatempodulu/photos/a.268232581444.140871.263449086444/10153418624686445/?type=1&theater

    ReplyDelete
    Replies
    1. terima kasih banyak atas link fotonya :D sangat bermanfaat sekali

      Delete
  9. This comment has been removed by the author.

    ReplyDelete
  10. wah ini dia, saya juga cari info tentang langgar Sagipoddin ini, ternyata ada di fb nya pak Chrisyandi Tri Kartika, tapi ternyata cuma vidio. lanjut googling2 eh nemu blog mba Imama ini. wkwkwk ternyata kalo diliat dari fotonya beneran serem ya, jangan2 listriknya ga ada ini. tapi tengkyu berkat ulasanya jadi makin penasaran ke lokasinya hahahahhaha.

    ReplyDelete
  11. Wah seru nih jelajah bangunan heritage. menarik sekali.

    Salam kenal dari Ubay
    Jelajah Nagari Awak
    kidalnarsisi.blogspot.co.id

    ReplyDelete
  12. All images are so beautiful. It was an adventure exploring Surabaya's Arab village in iffy weather! We were apprehensive about navigating the muddy roads without clear instructions, but with the assistance of the locals, we made it to our goal. Next time, I'll make plans and ask for advice from a trustworthy travel companion like Cheap Assignment Help to ensure more enjoyable journeys. They provide pupils with solid help, ensuring a stress-free academic path, much like this type of locals. Thanks to the helpful people and the academic assistance we received, we could travel and study!

    ReplyDelete

Post a Comment

back to top