Menikmati Pagi di Gili Trawangan


Suara alarm handphone berdering nyaring di telinga saya. “ Ah sudah jam setengah lima pagi “. Saya pun bangun dan bersiap menjemput sunrise di pantai Gili Trawangan. Tapi sayang sekali pagi itu awan berkonspirasi dengan langit menutupi sang raksasa merah yang akan terbit di pulau yang berukuran 460 hektar ini. Warna jingga samar-samar terlihat dari balik gunung. Suara ombak kecil di pantai memecah kesunyian. Beberapa saat kemudian langit menjadi cerah. Tapi momen matahari terbit sudah lewat. Mungkin kali ini memang bukan waktu yang tepat untuk menikmati sunrise.




Sedikit kecewa memang tapi akhirnya saya segera berpindah tempat , toh kalau tidak dapat menikmati sunrise , pulau ini masih menyimpan banyak sekali keindahan yang sayang untuk dilewati di pagi hari.  Dengan harapan mendapatkan pengganti momen indah selain sunrise yang gagal saya dapatkan , saya melangkahkan kaki ke sisi barat pulau ini.  Suasana jalan utama sepi sekali mungkin bule-bule itu sedang tertidur lelap setelah puas berpesta malam hari tadi. Terlihat tumpukan sampah di beberapa titik di pulau ini. Di sisi lain beberapa botol bir dan sampah plastik tampak masih di atas meja belum dibersihkan.



Ada sesuatu hal yang menarik perhatian saya di depan sebuah toko pakaian. Sebagai penderita Ailurophobia tingkat akut saya tidak berani mendekati sesuatu yang menarik itu tetapi saya tetap bisa mengabadikan foto sebagai kenang-kenangan. Ya , sesuatu yang menarik tersebut adalah kucing. Mungkin pemilik toko ini seorang pecinta kucing yang jumlahnya sangat banyak sekali sehingga membutuhkan bantuan untuk memberi makan semua kucing – kucingnya. Saya memang melihat beberapa ekor kucing di dalam toko sedang tidur , makan dan ada pula yang bermain dengan pembeli. Saya bergidik geli melihatnya. Akhirnya setelah berhasil memfoto saya cepat-cepat beranjak pergi. 

Saya berhenti di pelabuhan kecil tempat biasanya speedboat dan kayak berlabuh. Angin pagi ini berembus cukup kencang. Beberapa kali saya membetulkan kerudung yang miring karena tertiup angin laut. Pelabuhan ini terbuat dari kayu dan tidak dibangun secara permanen , hanya ada pemberat di bawah kayu agar tidak mudah terbawa ombak. Tetapi tetap saja ombak dan angin pagi ini mampu menggerakkan pelabuhan semi permanen ini ke kanan dan ke kiri sehingga saya pun segera berpindah tempat takut terjadi sesuatu hal yang tidak diinginkan.


Langkah kaki saya terhenti di salah satu titik pantai yang sangat sepi dan bersih dari sampah. Hanya ada beberapa ranting pohon yang jatuh serta serpihan karang yang tampak agak berserakan di sini. Saya segera melepas alas kaki dan berjalan ke arah pantai. Pasir pantai ini terasa agak panas di kaki saya. Matahari memang telah terbit agak tinggi inilah yang membuat pasir menjadi terasa panas. Saya berjalan ke arah ombak yang bergulung kecil di bibir pantai. Deburan kecilnya mampu membuat saya berlama-lama berdiri di pantai lupa dengan waktu yang ditentukan dari pihak bungalow untuk check out. Akhirnya setelah melihat jam di tangan kiri, saya memutuskan untuk duduk sejenak di bawah pohon yang tumbuh di sepanjang pantai ini. Saya menghirup udara dalam-dalam dan menghembuskannya. Suasana hening sekali di sini. Sejenak saya dapat melupakan semua kesibukan dan kepenatan saya selama berada di kota Pahlawan. Rasanya saya tidak ingin meninggalkan apa yang ada di sekitar saya saat ini. Tetapi saya sadar ada tanggung jawab yang harus diselesaikan. Bisa saja berlama-lama disini dan membolos beberapa hari tidak masuk kuliah , tetapi apakah harus menuruti ego untuk melepas tanggung jawab dan kewajiban yang sudah diambil ? Saya melirik jam tangan dan waktu sudah menunjukkan pukul 08.15. Saya harus kembali , kembali ke rutinitas dengan identitas Mahasiswa. Tetapi saya berjanji untuk kembali melakukan apa yang pagi ini saya lakukan, suatu hari nanti. Aamiin.

------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Tulisan ini diikutkan pada Airporteve Creative and Innovative Competition untuk lebih jelas lombanya klik acic14 dan like artikel saya di Artikel Menikmati Pagi di Gili Trawangan 

Terima kasih dan Happy Traveling :))


Comments

  1. Pagi di Gili Trawangan saya habiskan dengan nyepeda, hahaha. Saya penasaran seperti apa kehidupan warga lokal di sini. Ternyata kondisinya nggak jauh beda dengan masyarakat kita yang tinggal di pedalaman. Jadi sedih mengingat di bibir pantai yang nampak kental ya kehidupan hedonis.

    ReplyDelete
    Replies
    1. waktu itu saya nggak berkunjung ke warga lokalnya , jadi belum tau warga lokalnya disana gimana , sayang banget waktu itu gak berkunjung kesana soalnya waktunya mepet banget :(((

      Delete
  2. Dulu pas ke sini ga sempat byk eksplore..jd kangen pengen k sana lagi
    salam..

    ReplyDelete
    Replies
    1. saya juga belum sempat eksplore lebih sampe muter-muter jauh ke dalem gili trawangan dan samaa pengen kesanaa lagi haha :))

      Delete
  3. haha, tulisannya menarik mbak
    saya juga menulis dengan judul "suatu senja di gili trawangan"
    pulau yang sama, waktu dan sudut pandang yang berbeda :)
    monggo kalo mau mampir2
    http://thelostraveler.com/suatu-senja-di-gili-trawangan/

    ReplyDelete
    Replies
    1. toss dulu dong haha
      udah mampirr seruu ceritanya , setting tempat yang sama , saya pembuka hari , kamu yang penutupnya hehe sip sip makasih udah mampir :)

      Delete
  4. wasekk. pokoknya gili trawangan masuk list traveling gue :)) ahaha
    kuliah surabaya mana kak ? salam kenal ya kak, feli anak smk mater sby

    ReplyDelete
    Replies
    1. sippp waji ke gili trawangan deh pokoknya :D
      aku di PENS dek ^^

      Delete

Post a Comment

back to top